Kondisi hari ini membuat banyak rakyat Indonesia merasa tidak punya pilihan selain bekerja ke luar negeri.
➡️ Jepang, Taiwan, Korea, Arab Saudi, Malaysia
➡️ Bahkan ke negara komunis seperti China
➡️ Rela jadi pembantu rumah tangga, pekerja konstruksi, buruh pabrik
➡️ Terpisah dari keluarga, dihina, dieksploitasi, bahkan tak jarang dilecehkan
Semua demi apa?
Demi sesuap nasi... demi harapan hidup yang katanya “lebih baik”.
Padahal negeri ini — Indonesia — bukanlah negeri sembarangan.
Tanahnya subur, lautnya luas, tambangnya melimpah, rakyatnya banyak dan kuat, dan yang terpenting: mayoritasnya Muslim!
Lalu kenapa kita malah "mengungsi" ke negeri orang yang notabene juga masih kapitalis atau bahkan komunis?
Ada yang salah. Bukan pada rakyat. Tapi pada sistem. Sistem yang saat ini diadopsi membuat penguasa tidak lagi peduli pada rakyat meskipun slogannya "dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat" tapi kenyataannya? "Dari rakyat untuk penguasa" dan penguasa lebih tunduk pada pengusaha, pengusaha inilah adalah oligarki. Seperti itulah realita kebobrokan sistem kapitalis yang saat ini diadopsi oleh negeri kita tercinta ini, dengan asasnya Sekuler (memisahkan jauh-jauh agama dari kehidupan) jadi udah agama iku cukup didalam masjid saja, ora usah ikut campur urusan kehidupan termasuk bernegara, yo padahal kan Islam mengatur semua aspek kehidupan tak hanya soal ritual ibadah saja! (Buka Qs. Al-Baqarah ayat 208).
---
๐งจ Kapitalisme: Sistem Rusak yang Membodohi dan Memiskinkan Rakyat
Kapitalisme adalah sistem hidup yang berasal dari pemikiran manusia, bukan dari wahyu.
Ia menjadikan manusia sebagai sumber hukum, bukan Allah.
Akibatnya:
Hukum bisa dibeli.
Kekuasaan dimonopoli oligarki.
Kekayaan dinikmati segelintir elite.
Rakyat dibiarkan bertarung sendiri dalam ekonomi bebas.
Semua sektor dijadikan ladang bisnis:
> Pendidikan dijadikan bisnis.
Kesehatan dijadikan bisnis.
Energi, tambang, air pun diprivatisasi.
Maka jangan heran bila rakyat miskin, dan negeri kaya ini justru dikuasai oleh asing & aseng.
Allah sudah memperingatkan:
> ุฅِِู ุงْูุญُْูู ُ ุฅَِّูุง َِِّููู
"Sesungguhnya hukum itu hanyalah milik Allah."
(QS Yusuf: 40)
Tapi dalam sistem demokrasi yang lahir dari kapitalisme justru berkata:
"Kedaulatan ada di tangan rakyat!"
Padahal rakyat hanya diminta memilih — lalu kekuasaan dijalankan oleh elite partai dan para cukong di belakangnya. Padahal dari slogannya saja sudah salah, kedaulatan itu ada di tangan Allah bukan ditangan rakyat!
---
๐️ Demokrasi: Sistem yang Gagal Total
Demokrasi menjanjikan:
Kesejahteraan
Keadilan
Keterwakilan
Tapi yang terjadi?
✅ Utang luar negeri makin membengkak
✅ Rakyat makin susah mencari kerja
✅ Korupsi makin merajalela
✅ Hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah
Bahkan syariat Islam pun mulai dianggap aneh dan "tidak relevan" di mata pembuat undang-undang.
Padahal Allah sudah memperingatkan:
> َูู َู َّูู ْ َูุญُْูู ุจِู َุงٓ ุฃَูุฒََู ูฑَُّููู َูุฃَُٰูููุ۟ٓฆَِู ُูู ُ ูฑูุธَِّٰููู َُูู
"Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS Al-Ma’idah: 45)
---
๐ Islam: Solusi Hidup, Bukan Hanya Agama Ritual
Islam bukan hanya agama ritual.
Islam adalah ideologi sempurna, yang mengatur:
✅ Ekonomi
✅ Politik
✅ Sosial
✅ Pendidikan
✅ Hukum & sanksi
✅ Hubungan internasional
Dan hanya sistem Islam (Khilafah) yang mampu mengatur rakyat dengan adil dan rahmat.
Allah SWT berfirman:
> ุจَْูุฏَุฉٌ ุทَِّูุจَุฉٌ َูุฑَุจٌّ ุบَُููุฑٌ
"Sebuah negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun."
(QS Saba: 15)
Ini bukan khayalan.
Ini nyata pernah terjadi saat Khilafah Islamiyah masih tegak.
Selama 13 abad, negeri-negeri kaum Muslimin bersatu tanpa batas nasionalisme, tanpa sekat rasisme, tanpa diskriminasi.
➡️ Dari Maroko sampai Nusantara (sekarang Indonesia), umat hidup dalam satu kepemimpinan.
➡️ Yang non-Muslim pun mendapat perlindungan dan kesejahteraan.
➡️ Ilmu berkembang, ekonomi kuat, peradaban Islam memimpin dunia.
---
✂️ Hukum Islam: Tegas, Adil, dan Menjaga Masyarakat
Syariat Islam bukan hanya indah dalam teori.
Ia juga konkret dalam menjaga masyarakat melalui sanksi hukum (uqubat) yang adil:
๐ Potong tangan untuk pencuri
> َูุงูุณَّุงุฑُِู َูุงูุณَّุงุฑَِูุฉُ َูุงْูุทَุนُูุง ุฃَْูุฏَُِููู َุง...
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya..."
(QS Al-Ma’idah: 38)
⚖️ Qishas untuk pembunuh
> ُูุชِุจَ ุนََُْูููู ُ ูฑِْููุตَุงุตُ ِูู ุงَْููุชَْٰูู
"Diwajibkan atas kalian qishash dalam kasus pembunuhan."
(QS Al-Baqarah: 178)
๐ Cambuk dan rajam untuk pezina
> ูฑูุฒَّุงَِููุฉُ َููฑูุฒَّุงِูู َููฑุฌِْูุฏُูุง َُّูู َٰูุญِุฏٍۢ ู ُِّْููู َุง ู ِุงุ۟ฆَุฉَ ุฌَْูุฏَุฉٍ
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dera."
(QS An-Nur: 2)
Hukuman ini bukan kejam. Justru itulah perlindungan sejati bagi kehormatan, harta, dan nyawa masyarakat.
Tapi... siapa yang berani menerapkan ini hari ini?
Demokrasi tidak akan pernah mengizinkan hukum Allah tegak!
---
๐ก Hikmah & Harapan
Indonesia tak butuh tambal sulam kebijakan.
Bukan lagi soal “revisi UU” atau “perbaikan birokrasi”.
Ini soal sistem.
Selama sistem kapitalis dan demokrasi masih jadi landasan, rakyat akan terus jadi korban.
Akan terus mengemis kerja ke luar negeri.
Akan terus dijejali mimpi palsu kesejahteraan ala Barat.
๐ฅ Saatnya umat sadar.
๐ฅ Saatnya umat bangkit.
๐ฅ Saatnya umat kembali kepada syariat Islam yang kaffah.
Tegaknya Khilafah Islamiyah bukan nostalgia.
Tapi keniscayaan.
> ุฅَِّู ูฑْูุฃَุฑْุถَ َِِّููู ُููุฑِุซَُูุง ู َู َูุดَุงุٓกُ ู ِْู ุนِุจَุงุฏِِู ۖ َููฑْูุนَِٰููุจَุฉُ ِْููู ُุชََِّููู
"Sesungguhnya bumi ini milik Allah. Dia mewariskannya kepada siapa saja di antara hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS Al-A’raf: 128)
---
๐ฃ Seruan:
๐ Stop berharap pada sistem kufur!
๐ Stop percaya solusi tambal sulam!
๐ Saatnya umat menuntut perubahan sistemik!
๐ Kembalikan hidup ini pada aturan Allah.
๐ Tegakkan Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah!
Takbir! ALLAHU AKBAR!!
Posting Komentar untuk "๐ฅ Ada Apakah dengan Indonesiaku? - Ketika Negeri Kaya Tapi Rakyatnya Terus Pergi Mencari Harapan di Negeri Orang"