Pengalaman selama kuliah di IAID Ciamis


ALDIBLOGGERS2023.BLOGSPOT.COM, CIAMIS -- Ya oke gaes kembali lagi di MyBlogger, jadi pada artikel kali ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya selama kuliah di IAID Ciamis. Saya pertama kali masuk di IAID Ciamis itu pada tahun 2022 lalu (2 tahun setelah lulus sekolah SMA). Jadi saya ketika lulus SMA pada 2020 lalu tidak langsung masuk kuliah alias nunda dulu alias gapyear. Ketika saat itu situasi tengah dilanda pandemi Covid-19 membuat kondisi semakin tidak membaik. Ditambah saat itu awalnya saya kira akan melaksanakan Ujian Nasional (UN) ehh tiba-tiba UN malah dibatalkan karena pada bulan Maret 2020 lalu negara kita pertama kali dilanda pandemi Covid-19. Alhasil, saya bersama rekan-rekan se angkatan 2020 itu menjadi angkatan pertama yang lulus tanpa Ujian Nasional alias UN, sebagai gantinya ketika itu diganti dengan ujian sekolah melalui daring.
Setelah dilaksanakannya Ujian Sekolah secara daring berselang 1 bulan kemudian dibulan April tiba-tiba saja muncul pengumuman lulus tanpa sebuah surat undangan, jadi lulusnya itu via online :). Memang rasanya ketika itu sangat sedih sekali, bagaimana tidak. Lulus tanpa sebuah perayaan, tanpa sebuah acara perpisahan dan tanpa moment yang seharusnya ada kenang-kenangan karena kondisi tengah pandemi akibatnya terpaksa membuat saya harus selalu berada dirumah saja.

Setelah berselang beberapa minggu kemudian pada bulan Mei kalau ga salah, saya berpindah ke Jakarta untuk ikut seleksi UTBK SBMPTN yang akan digelar pada bulan Juni, 2020 lalu. Awalnya ketika itu saya hendak mendaftar kuliah disebuah kampus negeri di Jakarta yaitu UNJ (Universitas Negeri Jakarta) awalnya saya akan mengambil jurusan Pendidikan Seni Musik karena saya hobi dengan musik dan ada bakat dibidang musik, dan pilihan kedua saya akan mengambil jurusan Pendidikan Tekhnologi karena saya hobi juga dengan tekhnologi ketika dahulu saya terbiasa membuat aplikasi, bermain pemrograman, bahkan menjadi konten kreator dan lain-lain meskipun saya juga masih belajar. Saat itu posisi masih di pertengahan bulan Mei dan tes UTBK baru akan digelar pada bulan Juni jadi masih ada jeda setengah bulanan. Selama di Jakarta saya banyak menghabiskan dirumah saja karena saat itu memang apalagi di Jakarta yang sedang zona merah Covid-19. Di Jakarta saya tinggal bersama ayah saya dirumah bos tempat kerja ayah saya. Saat itu memang orangtua saya melarang saya untuk melakukan aktivitas diluar, akibatnya memang selama di Jakarta itu membuat saya selalu dihantui rasa jenuh dan bosan karena hanya dirumah saja. Biasanya saya sebelum ke Jakarta dan sebelum pandemi selalu bepergian kemana-mana untuk melakukan aktivitas seperti nge-vlog atau ngonten ini malah terpaksa saya hanya bisa rebahan saja dikamar :). Setelah masuk bulan Juni saat itu terdengar kabar bahwa pelaksanaan UTBK diundur ke bulan Juli karena pandemi Covid-19 semakin parah di daerah Surabaya, Jawa timur akibatnya saya jadi harus menunggu lebih lama lagi selama di Jakarta dan membuat rasanya semakin bosan, ketika itu memang satu sisi dihantui rasa sedih juga karena saat itu saya berpikir begini "kenapa yaa angkatan 2020 gini-gini amat, mau ngejar cita-cita aja selalu ada tantangan begini :)". Meski demikian saya selalu berusaha untuk tetap sabar dan tetap semangat.

Kemudian setelah masuk dibulan Juli pada saat pelaksanaan UTBK, saat itu saya berangkat untuk tes yang berlokasi di SMAN 3 Jakarta, dengan aturan protokol kesehatan sangat ketat. Setelah beres saat itu saya tinggal menunggu pengumuman hasil UTBK yang akan diumumkan pada bulan Agustus. Setelah bulan Agustus, saya penasaran untuk membuka pengumuman hasil UTBK tersebut, dengan mengucapkan bismillah saya membuka pada sebuah link yang dikirimkan dari grup UTBK. Dan ternyata hasilnya........... saya tidak lulus alias gagal ::(. Ketika itu rasanya saya sedih bercampur badmood lah segala macam, ibu saya dikampung menyuruh saya untuk kerja saja terlebih dahulu atau pulangkampung atau kuliahnya di Ciamis saja. Namun ayah saya tetap memberikan semangat dan menyarankan untuk mencoba kuliah di kampus swasta di Jakarta, karena saat saya hendak mendaftar lewat jalur mandiri di UNJ (Universitas Negeri Jakarta) saat itu malah sudah ditutup. Akhirnya saya pun disarankan ayah saya untuk mencari kampus swasta di Jakarta, saat itu saya mencoba mencari-cari di google dan lain sebagainya. Setelah itu saya menemukan kampus yang menjadi rekomendasi saya yaitu Universitas Mercubuana yang berlokasi di Meruya, Jakarta barat. Setelah mengetahui hal tersebut ayah saya menyarankan saya untuk mencoba mendaftar kuliah disana, lalu kemudian saya bersama ayah saya langsung berangkat langsung menuju kampus tersebut dan saya berminat kuliah disana, mengambil jurusan Sistem Informasi karena saya tertarik sekali dengan hal-hal seputar IT seperti menjadi developer dan lain sebagainya. Kemudian saat pertama mendaftar saya langsung diterima dan dinyatakan lulus tanpa tes, akan tetapi untuk biaya kuliah disana memang tidak murah harganya tuh 20 Juta untuk uang bangunan pertama. Awalnya saya ada rasa senang namun disatu sisi seperti ada rasa tak enak takutnya malah membebankan orangtua. Namun ayah saya tetap memberikan semangat kepada saya meskipun ibu saya dikampung terlihat seperti kurang setuju. Setelah itu saya kembali kekampung halaman untuk mengambil beberapa persyaratan seperti ijazah SMA dan lain sebagainya. Setelah saya kembali ke Jakarta kemudian saya disarankan untuk join ke grup WhatsApp karena perkuliahan sudah akan dimulai pada bulan September, awalnya saya pikir kuliah itu harus berangkat kekampus kok ini malah daring, pertama kalinya saya terkesan merasa aneh karena kuliah mahal mahal kok malah daring. Selama daring saya banyak menghabiskan waktu dirumah saja, dirumah bos tempat ayah saya kerja. Bahkan selama itupun saya jarang ke masjid karena adanya larangan keluar rumah dari bos ayah saya. Jadi selama itupun juga saya tak pernah melakukan solat Jum'at ya karena begitulah..... :)

Sampai kemudian ditahun 2021,, awalnya saya pikir setelah berganti semester ditahun baru perkuliahan sudah bisa dilaksanakan secara ofline alias tatap muka dan bisa pergi ke kampus namun ternyata masih tetap online. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung saja. Selang beberapa lama kemudian rasanya saya seperti tidak mood, karena saya merasa seperti menjadi beban dikeluarga. Banyak saudara saya yang membandingkan saya begini "buat apa kuliah tuh mending kayak kakak sepupumu kerja udah punya gaji tiap bulan", saya merasa tidak ada yang menyemangati saya. Beberapa lama kemudian menjelang Ujian Akhir Semester munculah notifikasi untuk segera melakukan pembayaran. Namun saat di cek pembayaran saya sudah nunggak mencapai 10 juta lebih. Awalnya saya bingung mau bilang ke ortu atau tidak. Saya berusaha untuk bayar sendiri di saldo adsen saya namun ternyata adsen saya tidak memenuhi pembayaran karena sudah lama sekali saya tidak update di YouTube ketika itu akibat pandemi. Saya pun bingung sekali ketika itu :). Akibatnya saya memutuskan untuk banting setirr alias berhenti kuliah secara diam-diam. Awalnya ortu saya, saudara bahkan tetangga tidak mengetahui tentang yang saya lakukan tersebut. Sayapun melakukan demikian punya alasan yang kuat bukan tanpa alasan, itupun karena posisi saya sudah badmood dan tidak ada lagi rasa semangat... Ditambah lagi semenjak lebaran 2021 lalu ayah saya sudah tidak kerja di Jakarta lagi, bagaimana mungkin yang ada malah saya akan selalu menjadi beban :). Selama masa itu saya banyak menghabiskan waktu rebahan saja tanpa ada kejelasan tak jarang ada saudara atau tetangga yang nyinyir saya selalu nganggur, dan tak jarang juga muncul pertanyaan "kenapa tidak pernah ke Jakarta lagi?" saya selalu menjawab "kuliahnya masih daring" gitu.

Sampai pada akhirnya dipenghujung tahun 2021 menjelang tahun 2022. Ayah saya mengetahui bahwa saya sudah tidak kuliah lagi di Jakarta, dan saya pun menceritakan semua keluh kesah saya panjang lebar. Akhirnya ayah saya menyarankan saya untuk mencoba mendaftar kuliah lagi dari awal disebuah kampus di Jawa tengah atau di Jogja saja kata ayah gitu cari yang murah, sebenarnya memang ayah saya tak mempermasalahkan berapapun biaya-nya yang terpenting adalah saya bisa bersemangat kuliah hingga lulus, namun sangat disayangkan saya malah berhenti ditengah jalan karena rasa badmood yang berlebihan :). Nah jadi sebenarnya saya kuliah di IAID yang sekarang itu bukanlah sebuah pertama kali maksudnya itu bukanlah sebuah pertama kali sekali saya terjun didunia perkuliahan memang sebenarnya sudah daridulu hanya saja gagal ditengah jalan dan harus mengulang lagi dari awal :) seandainya dulu tidak gagal dan tetap berlanjut sampai sekarang mungkin saya sudah semester 7 sekarang :).

Pada akhir Ramadhan 2022 lalu, kepala dusun saya mengundang saya dan memerintahkan saya untuk menjadi panitia zakat dan memerintahkan saya untuk mendata yang zakat lewat sebuah aplikasi dikomputer. Sampai akhirnya beberapa perangkat desa mengenal tentang saya, bahwa saya adalah orang yang jago didunia IT. Setelah itupun saya mulai bangkit nge YouTube lagi, sebenarnya memang dari tahun 2021 lalu semenjak saya kembali ke kampungpun saya sudah mulai ngonten lagi. Sampai akhirnya ayah saya menyarankan lagi untuk saya mencoba kuliah lagi, awalnya saya bingung, saya sempat berpikir gini "masa iya siihh saya kuliah bareng sama adik kelas saya pas SMA dulu, malu donk" awalnya saya enggan karena awalnya merasa minder, harusnya saya menjadi kakak kelas ini malah jadi temen seangkatan. Namun lama kelamaan saya mencoba dan diniatkan. Ayah saya menyarankan karena seenggaknya saya punya gelar sarjana apalagi saya semenjak Ramadhan 2022 lalu itu sudah dikenal oleh orang-orang didesa dan sering kepake, kadang saya disuruh membuat proposal, surat undangan dan kadang menjadi asisten sekretaris desa. Akhirnya saya berusaha untuk mencoba kembali dengan mengucapkan bismillah. Awalnya kampus yang menjadi pilihan itu adalah UNSOED (Universitas Soedirman) di Purwokerto dan saya memilih untuk ngambil jurusan IT lagi. Namun saat akan melakukan pembayaran saat di cek itu biaya-nya mahal ada uang bangunannya juga sebesar 20Juta ya karena memang kalau lewat jalur mandiri mahal sih ... Ibu saya seperti terlihat kurangsetuju, dan menyarankan untuk mencoba mencari info kampus di Ciamis saja. Saat itu saya menanyakan kepada rekan saya yang kuliah di Universitas Galuh Ciamis (Unigal) dan ternyata harganya tidak terlalu mahal seperti dikampus diluar kota sana termasuk Jakarta dan di Unigal pun ternyata ada jurusan IT-nya juga. Saat saya mencoba bilang ini ke ayah, sayangnya ayah saya seperti kurang setuju. Entah alasannya kenapa. Saat itu saya bingung harus mencoba kemana. Sampai akhirnya saya mencoba solat istighoroh untuk mencari pencerahan. Sampai pada pagi hari berikutnya saya seperti mendapat pencerahan dan saya langsung konsultasi ke ayah dan ibu saya bahwa saya memutuskan dan kepengin belajar agama dan kepengin ngaji lagi,,, karena saya sudah lama sekali tidak ngaji dan kepengin berubah kepengin hijrah.. Dan saya memutuskan untuk mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam atau PAI, saya termotivasi dari guru SMP saya beliau adalah seorang guru agama, beliau juga ahli dalam bidang seni dan beliau suka melatih kesenian seperti tari, gamelan, degung. Beliau juga orang yang suka manggil saya kalau ada job manggung di acara-acara perpisahan sekolah. Saat saya cek riwayat pendidikan beliau ternyata beliau dulunya kuliah di kampus IAID Ciamis, Institut Agama Islam Ciamis. Hal lain yang membuat saya semangat itu saat saya cek di GMaps ternyata kampus IAID itu dekat sekali dengan rel kereta api, satu sisi memang karena saya suka sekali dengan kereta api sejak kecil dan sering ngonten kereta di YouTube akhirnya saya memutuskan untuk kuliah disana. Karena pikiran saya ketika itu nanti kalau kuliah bisa sambil ngonten dan liat sepur wkwkwk :v. Namun hal yang lebih penting bagi saya adalah bahwa saya ingin mendalami agama Islam lebih dalam lagi ya meskipun saya bukan jebolan pondok pesantren seperti kebanyakan orang, namun saya punya niat dan tekad untuk memperdalam agama kembali dan saya harap bukan hanya sekedar paham dan tau tetapi bisa mempraktekan serta mengamalkan dikehidupan sehari-hari. Mendengar hal tersebut orangtua saya terlihat sangat setuju terutama ayah saya, menurutnya "justru bagus gitu". Mendengar hal tersebut sayapun jadi lebih semangat juga. 

Akan tetapi disaat tetangga saya mendengar bahwa saya kuliah di IAID, awalnya kan tetangga saya tuh tidak tau kalau saya kuliah itu ngulang lagi dari awal, tau-nya itu bahwa saya pindah kuliahnya di Ciamis bukan di Jakarta lagi. Saat tau bahwa saya kuliah di Ciamis, awalnya saya ditolak habis-habisan bahkan saya sering disindir dan dighosting. Menurut beberapa tetangga saya "ngapain sih kuliah di Darussalam, disitu kan Muhammadiyah nanti kalau kamu kuliah disitu kamu takutnya kebawa Muhammadiyah dan gak mau tahlilan lagi,, kakekmu mati jangan sampai gak ditahlilin" gitu gaess. Tetangga saya banyak yang tak setuju saya kuliah disana karena awalnya mereka pikir bahwa IAID itu adalah kampus Muhammadiyah karena memang secara basic mirip-mirip Muhammadiyah mulai dari segi bangunannya yang berwarna biru muda, tidak merutinkan qunut setiap subuh dan lainnya. Satusisi juga karena banyak alumni warga kampung sebelah (kampung basis Muhammadiyah) yang lulusan dari IAID. Yaa sebenarnya sih memang IAID itu kan mengedepankan prinsip Moderat, jadi bukan kampus Muhammadiyah bahkan yang NU juga banyak kok, campuran sihh kalau menurut pandangan saya setelah bertahun-tahun kuliah di IAID. Karena memang dikampung saya itu basisnya NU tulen ditambah masyarakatnya yang kurang wawasan akibatnya ketika ada yang berbeda pun langsung kena sindir wkwkwk. Mereka selalu beranggapan kalau yang gak pernah tahlilan itu kayak ngubur kucing jadi ga didoain gitu, padahal kata siapa? tetap didoain kok hanya saja tidak kumpul-kumpul rame-rame. Padahal dulupun saya sendiri memang alumni sekolah Muhammadiyah waktu RA dan Diniyah dulu saya sekolah dikampung sebelah yang notabene-nya Muhammadiyah dan sebagian besar saudara saya Muhammadiyah meskipun yang NU juga banyak sihh tapi ya kalau saya pribadi sebenarnya yaa netral-netral aja sihh... Dulu pun saya ketika kecil di Jakarta tinggal dilingkungan basis Muhammadiyah, nah baru pada tahun 2008 an ya kalau ga salah tuh pertama kali saya tinggal dikampung dan disitu saya mulai mengenal istilah tahlilan, kendurenan, selametan, dan lain-lain. Karena memang namanya juga dikampung kan tradisinya juga masih kental namun satu sisi juga pasti ada kelebihan dan kekurangannya begitupun saat saya dikota dulu yang tak pernah ada tradisi tahlilan dan lain sebagainya. 

Mengetahui hal demikian, kepala dusun saya mengadu ke perangkat desa bahkan ke pengurus Ranting NU di desa saya, bahwa saya sering di cap "Muhammadiyah" terus gitu sama tetangganya sering disindir sering dighosting karena saya ga pernah ngerokok dan lain sebagainya. Mendengar hal tersebut perangkat desa dan pengurus Ranting NU menanggapi hal tersebut dengan guyonan. "Wkwkwk dicap Muhammadiyah ini kan bukan di cap wahabi wwkwkw". Mendengar hal tersebut perangkat desa dan pengurus Ranting NU justru memberikan saya semangat yang luar biasa untuk terus menuntut ilmu beliau bilang gini "semangat aja mass ga usah pikiran orang2 yang suka nyinyir, menuntut ilmu mah bebas ga usah pandang kelompok, lagian kan Muhammadiyah itu cuma organisasi sebagaimana disini ada NU juga, NU dan Muhammadiyah itu kan bersaudara" Mendengar hal tersebut rasanya tuh langsung adem banget. Bahkan waktu saya ke Jogja ketika itu saya berkunjung ke tempat kediaman KH. Ahmad Dahlan (Tokoh Pendiri Organisasi Muhammadiyah) salah seorang perangkat desa bilang begini "Semangat mass, serap dan ambil ilmunya, nanti boleh kita terapkan juga disini untuk kemajuan desa kita juga". Mendengar hal tersebut sampai sekarang sayapun menjadi lebih bersemangat yang awal mulanya badmood berat. Bahkan perangkat desa dan beberapa pengurus anggota Ranting NU pun menyarankan dan mendukung saya untuk lanjut S2 di Jogja jikalau nanti sudah lulus S1 di IAID Ciamis. Dan sangat disarankan juga untuk kekampus UAD (Universitas Ahmad Dahlan) atau UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Sampai akhirnya sekarang saya sudah menempuh 3 semester dan akan menuju 4 semester selama kuliah di IAID Ciamis ini, ada banyak sekali hal dan pengalaman terindah yang saya dapatkan selama kuliah di IAID Ciamis ini, mulai dari dapat teman baru, kenalan baru, relasi bertambah luas bukan hanya se kampus saja bahkan diluar kampus IAID, bahkan bukan hanya se Ciamis saja, sampai Tasikmalaya, Garut, dan Bandung. Dan channel YouTube sayapun semakin terus mengalami kemajuan. Saya sendiri pun juga banyak sekali belajar dan semakin banyak pengetahuan yang saya dapatkan dikampus IAID Ciamis mulai dari bagaimana bersikap toleran, moderat dan wasathiyah selama di kampus IAID Ciamis ini, IAID Ciamis ini memang menurut saya yang terbaik. Relasi saya semakin meluas bahkan sampai saat ini sampai ke wilayah Yogyakarta segala. Alhamdulilah rasa badmood yang dulu sempat masuk dipikiranku perlahan mulai menghilang. Rata-rata teman-teman saya dikampus atau diluar kampus banyak yang memanggil saya dengan sebutan "mas" atau "mas Al" atau "mas Aldy" karena logat Jawa saya yang selalu muncul ketika saya berbicara, entah itu dari teman yang lebih muda dari saya bahkan yang sepantaran atau bahkan lebih tua pun memanggil saya dengan sebutan demikian, mungkin karena mereka menghormati saya kalau saya orang Jawa, memanggil "a atau kang" pun pastinya mereka malah justru akan canggung karena beda logat, rata-rata memang dilingkungan kampus tuh kebanyakan Sunda meski demikian saya tetap bergaul dengan rukun dan tentrem meski berbeda suku dan budaya dan saya pun juga sudah biasa menggunakan bahasa Sunda meskipun logat Jawa akan tetap muncul karena itu kan bawaan dari lahir. Awalnya saya minder karena harus kuliah dengan adik kelas, namun faktanya justru yang sudah tua yang sudah sepuh atau bapak-bapak pun juga banyak yang baru kuliah yang gapyear 1 tahun bahkan 10 tahun pun juga banyak. Akhirnya rasa minder ini pun juga perlahan mulai hilang. Suka dan duka telah saya alami di IAID Ciamis ini. Awalnya saya pikir saya tak akan pernah mencoba kuliah lagi, namun ayah saya sangat memperhatikan dan perhatian sekali dengan masa depan saya, meskipun sebenarnya kalau harus kerja pun juga bisa saja akan tetapi kan sekarang persaingan semakin ketat, kakak sepupu saya yang dulu sempat dipuji oleh saudara saya bahwa dia sudah berpenghasilan faktanya sekarang malah nganggur karena harus keluar dari tempat kerja-nya akibat kebanyakan karyawan katanya. Ditambah lagi kakak sepupuku itu sudah menikah yang awalnya mereka saudara-saudara saya bahagia melihat dia menikah justru sekarang malah dia-lah yang menjadi beban keluarga sampai sekarang. Sedangkan untuk saya yang terpenting sekarang adalah lebihbaik fokus kuliah dulu, fokus mengejar karier sampai nanti sukses. Untuk soal menikah berumah tangga mah nanti dulu aja ya wkwkw :v.

Harapan saya semoga saya bisa lulus tepat waktu, lulus bersama dan sukses bersama dengan rekan-rekan sekelas dan seperjuangan. Ini akan menjadi pengalaman yang berkesan selama 4 tahun (2022 - 2026). Dan semoga kampus IAID ini semakin unggul semakin maju sampai nanti berganti nama menjadi Universitas. Satu lagi, semoga semua rasa sedih dan badmoodku ditahun lalu bisa terbayarkan dengan rasa bahagia dan bisa membahagiakan kedua orangtuaku demi memperbaiki generasi dan keturunan yang lebihbaik.

Aku hanyalah orang yang lahir dari keluar sederhana.
AL VLOGGERS

Posting Komentar untuk "Pengalaman selama kuliah di IAID Ciamis "