Sejarah Muhammadiyah yang Belum Banyak Orang Tahu❓ Belanda Takut Gambar Pangeran Diponegoro‼️

Senin, ٢١ Dzulqa'dah ١٤٤٦ H / 19 Mei 2025 M
🗓️Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT)

Sebuah pamflet bergambar Pangeran Diponegoro sedang menunjuk ke arah Masjid Gedhe Kauman Kraton Yogyakarta, dengan latar belakang Gunung Merapi dan matahari bersinar terang, disertai kalimat bertuliskan huruf Arab حي على الفلاح (hayya ‘alal falah)mari menuju kemenangan!


Pamflet ini bukan sembarang pamflet. Ia adalah seruan membara yang diterbitkan oleh Muhammadiyah untuk menyemarakkan Kongres ke-20 Muhammadiyah yang digelar di Yogyakarta pada 8–16 Mei 1931, tepat 7 tahun setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924. Dalam suasana krisis global Islam saat itu, Muhammadiyah tampil sebagai pelopor kebangkitan Islam di Nusantara—bukan hanya dengan dakwah lisan dan tulisan, tetapi juga dengan semangat perlawanan terhadap kolonialisme.


Ketakutan Kolonial Belanda terhadap Gambar Selembar Pamflet


Menurut sejarawan Peter Carey, gambar Pangeran Diponegoro tersebut diambil dari lukisan A.J. Bik, yang menggambarkan jalan menuju Masjid Gedhe Kauman, pusat spiritual umat Islam Yogyakarta. Gambar itu dipandang sebagai bentuk simbolik: Diponegoro sebagai simbol jihad dan kebangkitan Islam, menunjuk ke arah masjid sebagai pusat kekuatan dan kemenangan.


Pemerintah kolonial ketakutan luar biasa. Gubernur Jenderal de Jonge memerintahkan agar semua bentuk visual, pamflet, lukisan, atau benda apapun yang menampilkan sosok Diponegoro dibakar dan dilarang beredar. Mengapa? Karena Belanda tahu, kebangkitan Islam tidak hanya dimulai dari senjata, tapi dari kesadaran, dari masjid, dari dakwah, dan dari pendidikan.


Bahkan menurut peneliti Werner Kraus, pamflet tersebut tak hanya beredar di ruang kongres, tetapi juga di pasar, di rumah-rumah rakyat. Ini membuktikan bahwa Muhammadiyah pada masa itu berdiri di garda depan perlawanan intelektual terhadap penjajah. Bukan hanya penjajahan fisik, tapi juga penjajahan pemikiran: sekularisme, liberalisme, dan kristenisasi yang marak saat itu.


Dulu Tegas Melawan, Kini Terlalu Lembek?


Ironisnya, kini kita menyaksikan bagaimana arah Muhammadiyah terlihat jauh berbeda. Beberapa waktu lalu, publik dibuat heran dengan sikap resmi pimpinan PP Muhammadiyah yang justru menyatakan kekaguman terhadap Paus Fransiskus, bahkan saat wafatnya tokoh tersebut, pemimpin Muhammadiyah justru mengajak menjadikannya sebagai "inspirasi". Ini tentu sangat berbanding terbalik dengan sikap Muhammadiyah tempo dulu yang begitu tegas terhadap segala bentuk penindasan dan upaya kristenisasi.


Padahal, kita tahu bahwa agama bukan sekadar soal ibadah ritual. Islam adalah dien, sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ibadah, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan tentu saja pendidikan. Maka sangat disayangkan jika Muhammadiyah yang memiliki jaringan pendidikan terbesar di Indonesia justru membiarkan nilai-nilai sekuler menyusup di dalamnya atas nama moderasi, toleransi, atau netralitas.


Dalil-Dalil Penegasan Perjuangan Islam Kaffah


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


> يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)..."

(QS. Al-Baqarah: 208)




Dan firman-Nya yang lain:


> وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

"Janganlah kamu merasa lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."

(QS. Ali 'Imran: 139)




Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid (pembaruan) seharusnya kembali memegang prinsip memurnikan tauhid, memerangi segala bentuk kesyirikan, termasuk syirik sistem, dan berdiri tegas melawan sekularisme serta liberalisme dalam dunia pendidikan dan masyarakat.



---


HIKMAH & HARAPAN


Sudah saatnya kader dan warga Muhammadiyah serta umat Islam pada umumnya kembali sadar arah perjuangan. Bahwa Islam bukan hanya soal salat, puasa, dan ngaji, tetapi juga soal berdiri melawan penjajahan pemikiran, melawan arus sekulerisasi, dan menegakkan Islam kaffah.


Muhammadiyah harus menjadi pelopor kembali.


Meluruskan kiblat umat ke arah perjuangan Islam murni.


Menjadikan pendidikan sebagai ladang dakwah ideologis.


Menolak segala bentuk kompromi dengan musuh-musuh tauhid.



Kalau dulu Muhammadiyah bisa menerbitkan pamflet yang membuat Belanda gemetar, kenapa hari ini malah ragu bersuara lantang menentang penjajahan gaya baru?


> إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan langkah-langkah kalian."

(QS. Muhammad: 7)




Takbir!

ALLAHU AKBAR!




 

Posting Komentar untuk "Sejarah Muhammadiyah yang Belum Banyak Orang Tahu❓ Belanda Takut Gambar Pangeran Diponegoro‼️"