Menyedihkan sekali melihat penguasa Arab justru malah akrab dengan Amerika Serikat😌 (dalang dibalik Kapitalis Sekuler)‼️

Jum'at, ١٨ Dzulqa'dah ١٤٤٦ H / 16 Mei 2025 M
🗓️Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT)

Akhir-akhir ini, jagat dunia sedang dihebohkan dengan isu global yang bikin hati umat Islam tambah gerah. Putra mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman (MBS), terlihat akrab dan mesra dengan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat. Lho kok bisa-bisanya? Padahal saat ini umat Islam, khususnya di Palestina, tengah mengalami genosida yang tiada henti. Gaza dibombardir, anak-anak syahid, ibu-ibu menangis, rumah-rumah rata dengan tanah—tapi para penguasa negeri-negeri Arab justru tersenyum di depan kamera bersama aktor utama penjajahan! Amerika adalah sekutu setia Israel, pendukung utama penjajahan Masjidil Aqsha. Bukannya berdiri di barisan umat, mereka malah duduk manis di meja penjajah. Miris! Nggak ngerti isin opo ora.


Dan ini bukan sekadar kelalaian, ini bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap umat Islam. Amerika Serikat itu bukan cuma sekutu Israel, tapi juga dalang utama penyebaran paham Kapitalisme Sekuler—paham yang menjauhkan agama dari kehidupan (fashluddin ‘anil hayah). Lewat program moderasi beragama, Amerika dan antek-anteknya menyusupkan paham pluralisme dan toleransi kebablasan ke dalam negeri-negeri kaum Muslimin, termasuk Indonesia. Agama dianggap cukup hanya sebagai ibadah ritual, tak boleh ikut campur dalam urusan politik, ekonomi, pemerintahan. Lha terus Islam itu mau ditaruh di mana? Dikosongkan dari peran strategis umat?


Ditambah lagi, sistem pemerintahan demokrasi yang sekarang diadopsi oleh hampir seluruh negeri Muslim—termasuk Indonesia—adalah sistem impor dari Barat. Demokrasi menyatakan kedaulatan di tangan rakyat, padahal dalam Islam kedaulatan itu milik Allah, bukan manusia. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:


إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ

"Sesungguhnya hukum itu hanyalah milik Allah."

(QS. Yusuf: 40)


Kedaulatan itu bukan di tangan mayoritas, bukan pula di tangan parlemen, tapi hanya milik Allah yang menetapkan halal-haram dan aturan hidup. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam secara sistemik.


Dan ini semua bukan kejutan sebenarnya. Sudah dari dulu Allah kasih warning kepada kita bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridho dengan Islam yang sejati, yang kaffah, yang mengatur hidup dari A sampai Z. Mereka hanya mau kita ikut cara hidup mereka:


وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu hingga kamu mengikuti millah (agama dan gaya hidup) mereka."

(QS. Al-Baqarah: 120)


Jadi kalau sekarang kita lihat negeri-negeri Muslim malah mengadopsi demokrasi, ekonomi kapitalis, pluralisme, bahkan menyambut hangat penjajah kafir—itu bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka sudah tunduk. Mereka sudah dijinakkan oleh sistem kufur yang membuat mereka lupa akan jati diri mereka sebagai bagian dari umat terbaik.


Sejak Khilafah Utsmaniyah diruntuhkan tahun 1924 oleh si pengkhianat Mustafa Kemal Attaturk, umat Islam kehilangan junnah (perisai)—yakni kepemimpinan tunggal yang melindungi, menyatukan, dan memperjuangkan kemuliaan Islam. Kita tercerai-berai menjadi negara-negara nasionalis yang malah sibuk urus batas negara dan bendera sendiri. Sampai-sampai penderitaan saudara sendiri dianggap “urusan dalam negeri orang lain”. Padahal Islam itu satu tubuh, bukan terpecah oleh peta buatan kolonialis!


Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:


«إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

"Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu adalah perisai, di belakangnya umat berperang, dan dengannya umat berlindung."

(HR. Bukhari dan Muslim)


Tanpa Khilafah, umat ini kehilangan arah. Negara-negara Muslim jadi seperti boneka yang digerakkan oleh tangan-tangan asing. Bahkan kebijakan luar negeri pun tunduk pada tekanan negara adidaya, utamanya Amerika Serikat. PBB pun tak ubahnya alat formalitas yang hanya bisa berkata “mengutuk keras” tanpa aksi nyata. Dan umat Islam? Tinggal menunggu giliran untuk dizalimi.


Hikmahnya? Kita harus sadar. Jangan terlena dengan narasi damai palsu dari barat, jangan silau dengan pujian media, jangan terpedaya oleh sistem demokrasi yang katanya pro rakyat tapi ujung-ujungnya memperkaya elit dan menghancurkan syariat. Ini saatnya umat Islam bangkit. Bukan hanya bangkit secara ekonomi, tapi bangkit secara pemikiran, politik, dan spiritual. Kuncinya adalah kembali kepada Islam secara kaffah, bukan sebagian-sebagian. Dan jalan satu-satunya adalah dengan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin nubuwwah—sebuah sistem yang pernah menyatukan dunia dalam keadilan dan keberkahan.


Jangan terus berharap dari sistem yang nyata-nyata rusak. Jangan menanti solusi dari penjajah. Sebab, yang membakar rumah kita tidak akan pernah memberi kita alat pemadam!

Kita harus bergerak, menyadarkan umat, membangun pemahaman dan memperjuangkan perubahan hakiki dengan metode yang shahih.


Wallahu a’lam bissowab.

Takbir! ALLAHU AKBAR!


 

Posting Komentar untuk "Menyedihkan sekali melihat penguasa Arab justru malah akrab dengan Amerika Serikat😌 (dalang dibalik Kapitalis Sekuler)‼️"