Islam Tidak Mengenal Istilah Hari “Minggu”!!

 

Ahad, ١٣ Dzulqa'dah ١٤٤٦ H / 11 Mei 2025 M
🗓️Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT)

Sebagai umat Islam, kita mesti sadar bahwa istilah "Minggu" yang selama ini digunakan dalam sistem penanggalan bukanlah bagian dari tradisi Islam. Hari yang pertama dalam hitungan pekan dalam Islam adalah “Ahad”, bukan “Minggu”. Kata “Ahad” berasal dari bahasa Arab yang berarti satu, sebagai penanda permulaan hari dalam sepekan. Begitu pula dalam tradisi masyarakat Jawa tempo dulu, mereka lebih mengenal istilah “Ngahad” atau “Akad”, dan bukan “Minggu”.


Namun, istilah "Minggu" mulai dikenal luas di Indonesia ketika bangsa Portugis dan Belanda menjajah Nusantara. Dalam bahasa Portugis, Domingo berarti hari Tuhan, dan dijadikan hari ibadah umat Kristen. Seiring penjajahan dan proses kristenisasi di Indonesia, penggunaan istilah “Minggu” secara perlahan menggantikan istilah asli “Ahad” dalam keseharian masyarakat. Proses ini juga terjadi bersamaan dengan sistem penanggalan Masehi yang semakin mendominasi.


Situasi ini makin kuat pengaruhnya setelah keruntuhan Khilafah Turki Utsmani tahun 1924, ketika dunia Islam kehilangan otoritas pusatnya. Di saat yang genting ini, berdirilah Muhammadiyah pada tahun 1912, jauh sebelum Khilafah runtuh, sebagai respon terhadap gelombang kristenisasi dan penjajahan, khususnya di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan — sang pendiri Muhammadiyah — bukan hanya seorang pembaharu, tetapi juga seorang pejuang dakwah yang ingin memberantas TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churafat).


Tak bisa dipungkiri, KH Ahmad Dahlan sangat memahami kondisi umat Islam saat itu yang terjajah secara fisik dan ideologis. Beliau mendirikan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan, pendidikan, dan penyelamatan akidah umat, salah satunya dengan membumikan ajaran Islam yang murni, termasuk dalam hal kecil tapi penting seperti istilah harian dalam kalender Islam.


Dukungan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII terhadap perjuangan KH Ahmad Dahlan membuktikan bahwa dakwah yang cerdas dan santun bisa menggugah simpati pemimpin dan masyarakat. Sri Sultan melihat bahwa Muhammadiyah bukan sekadar gerakan agama, tapi juga gerakan sosial yang membawa pencerahan dan perbaikan.



---


Hikmah dan Harapan


Mengganti istilah “Minggu” menjadi “Ahad” dalam keseharian mungkin terlihat sepele. Namun dari sinilah kita belajar memulihkan kembali identitas Islam yang telah lama dikikis oleh penjajahan dan pengaruh asing. Kembalinya istilah "Ahad" adalah bagian dari jihad kultural untuk menjaga jati diri umat Islam.


Mari kita mulai dari hal-hal kecil, membiasakan menyebut hari dalam istilah Islam: Ahad, Itsnain, Tsulatsa, Arba’a, Khomis, Jum’ah, dan Sabt. Inilah bentuk kecil dari “ghirah” dan loyalitas terhadap Islam.



---


Fastabiqul Khoirot!

Mari berlomba dalam kebaikan, tegakkan Islam mulai dari diri, keluarga, hingga masyarakat.

Jika kita menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita!

Wallahu a’lam bish-shawab.


Posting Komentar untuk "Islam Tidak Mengenal Istilah Hari “Minggu”!!"