✨By Ust. Giyus✨
Dalam kehidupan, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan yang harus ditentukan apakah termasuk dalam kategori khoir (baik) atau syar (buruk). Pemahaman terhadap konsep ini sangat penting, karena sering kali kita keliru dalam menilai suatu perbuatan. Dalam Islam, standar baik dan buruk tidak semata-mata didasarkan pada perasaan atau kebiasaan masyarakat, melainkan berdasarkan syariat Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
َูุนَุณٰูٓ ุฃَู ุชَْูุฑَُููุง۟ ุดًَْููุٔง ََُููู ุฎَْูุฑٌ َُّููู ْ ۖ َูุนَุณٰูٓ ุฃَู ุชُุญِุจُّูุง۟ ุดًَْููุٔง ََُููู ุดَุฑٌّ َُّููู ْ ۗ َููฑَُّููู َูุนَْูู ُ َูุฃَูุชُู ْ َูุง ุชَุนَْูู َُูู
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Dari ayat ini, kita diajarkan bahwa sesuatu yang tampak buruk bagi kita bisa jadi memiliki hikmah yang besar, dan sebaliknya, sesuatu yang tampak baik bisa jadi membawa keburukan. Oleh karena itu, dalam menilai suatu perbuatan, kita harus menjadikannya berdasarkan syariat Islam, bukan sekadar hawa nafsu atau norma sosial.
Dua Lingkaran Kehidupan Manusia
Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam kitabnya, kehidupan manusia dapat dibagi menjadi dua lingkaran besar. Lingkaran pertama adalah lingkaran yang menguasai manusia (musayyar), di mana manusia tidak memiliki pilihan atau kendali atas apa yang terjadi, seperti kelahiran, kematian, rezeki, dan kejadian di luar kemampuan manusia. Dalam lingkaran ini, manusia tidak akan dimintai pertanggungjawaban karena semuanya terjadi atas ketetapan Allah SWT.
Sedangkan lingkaran kedua adalah lingkaran yang dikuasai manusia (mukhayyar), yaitu segala perbuatan yang bisa kita pilih dan kendalikan. Dalam lingkaran ini, manusia memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan, dan di sinilah tempat pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Misalnya, memilih untuk salat atau meninggalkannya, memilih bekerja dengan cara yang halal atau terjerumus ke dalam riba, serta memilih untuk berdakwah atau diam terhadap kemungkaran.
Dasar Perbuatan: Aqidah dan Iman
Setiap perbuatan manusia didorong oleh sesuatu. Dalam Islam, dorongan utama yang harus dimiliki seorang Muslim adalah aqidah dan iman. Contohnya, seseorang yang mencari nafkah dengan keyakinan bahwa itu adalah kewajiban dalam Islam, maka ia telah menjalankan perintah Allah dengan niat yang benar. Begitu pula dengan menuntut ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
ุทََูุจُ ุงْูุนِْูู ِ َูุฑِูุถَุฉٌ ุนََูู ُِّูู ู ُุณِْูู ٍ
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)
Perbuatan yang dilakukan atas dasar aqidah dan iman akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Sebaliknya, jika perbuatan dilakukan hanya karena kebiasaan atau dorongan duniawi semata, maka tidak akan memiliki nilai kebaikan di akhirat.
Menilai Perbuatan: Syariat sebagai Standar
Sering kali manusia menilai suatu perbuatan berdasarkan sudut pandang pribadi atau norma yang berkembang di masyarakat. Namun, dalam Islam, standar satu-satunya adalah syariat Allah SWT. Sebuah perbuatan baru bisa dikatakan baik jika sesuai dengan syariat, dan sebaliknya, perbuatan dikatakan buruk jika bertentangan dengan syariat.
Misalnya, seseorang bisa saja menganggap membunuh itu selalu buruk, tetapi dalam konteks jihad melawan musuh Islam, membunuh justru menjadi sebuah kebaikan. Sebaliknya, banyak orang menganggap riba itu sesuatu yang biasa dan wajar dalam kehidupan modern, padahal Allah SWT telah mengharamkannya secara tegas dalam Al-Qur’an:
َูุฃَุญََّู ูฑَُّููู ูฑْูุจَْูุนَ َูุญَุฑَّู َ ูฑูุฑِّุจَٰูุง۟
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah: 275)
Kaitan Politik dengan Konsep Baik dan Buruk
Dalam Islam, politik bukanlah sekadar urusan kekuasaan, tetapi lebih kepada mengurus urusan umat. Rasulullah SAW bersabda:
ู َْู ุฃَุตْุจَุญَ ََููุง َْููุชَู ُّ ุจِุฃَู ْุฑِ ุงْูู ُุณِْูู َِูู ََْูููุณَ ู ُِْููู ْ
"Barang siapa yang di pagi harinya tidak memikirkan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka." (HR. Thabrani)
Mengurusi urusan umat, termasuk berdakwah dan memperjuangkan tegaknya syariat Islam, adalah bagian dari khoir. Sebaliknya, ketika seseorang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan membiarkan kemungkaran terjadi, maka itu termasuk syar.
Menghadapi Ujian dan Takdir Allah
Dalam kehidupan, manusia sering dihadapkan pada berbagai ujian seperti sakit, kehilangan, atau musibah lainnya. Sebagian orang langsung menganggapnya sebagai keburukan, padahal bisa jadi ada hikmah besar di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda:
ู َุง ُูุตِูุจُ ุงْูู ُุณِْูู َ ู ِْู َูุตَุจٍ َููุง َูุตَุจٍ َููุง َูู ٍّ َููุง ุญُุฒٍْู َููุง ุฃَุฐًู َููุง ุบَู ٍّ ุญَุชَّู ุงูุดََّْููุฉُ ُูุดَุงَُููุง ุฅِูุง ََّููุฑَ ุงَُّููู ุจَِูุง ู ِْู ุฎَุทَุงَูุงُู
"Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan kesalahannya karena hal itu." (HR. Bukhari & Muslim)
Maka, ketika menghadapi ujian, sebaiknya kita berhusnudzan kepada Allah, karena bisa jadi itu adalah cara Allah mengangkat derajat kita dan menggugurkan dosa-dosa kita.
Kesimpulan dan Harapan
Dari pembahasan ini, jelas bahwa dalam Islam, baik dan buruk bukanlah sesuatu yang bisa ditentukan berdasarkan perasaan atau pendapat pribadi, tetapi harus dikembalikan kepada syariat Allah SWT. Setiap perbuatan yang dilakukan atas dasar iman dan sesuai dengan syariat akan menjadi khoir, sedangkan yang bertentangan dengan syariat akan menjadi syar.
Sebagai seorang Muslim, kita harus selalu berhati-hati dalam setiap langkah dan perbuatan kita, memastikan bahwa semua yang kita lakukan berada dalam ridha Allah SWT. Kita juga harus berusaha untuk menegakkan syariat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ibadah, muamalah, maupun politik, agar hidup kita benar-benar membawa manfaat dan keberkahan.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus, menjauhkan kita dari keburukan, dan memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqamah dalam kebenaran. Aamiin.
Posting Komentar untuk "Khoir wa Syar / Baik dan Buruk dalam Pandangan Islam"