Kesombongan Kafir Mekah dan Balasan di Akhirat

 📒: Tafsir Jalalain, karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuthi.

Ahad, 17 Sya'ban 1446 H / 16 Februari 2025 M
🗓️Kalender Global Muhammadiyah

Dalam Tafsir Jalalain, terdapat penjelasan mengenai kaum kafir Mekah yang menyimpang dari ajaran tauhid. Mereka tidak hanya menyekutukan Allah dengan berhala-berhala mereka, tetapi juga menjadikan setan sebagai pemimpin dalam urusan agama mereka. Mereka membuat ajaran-ajaran baru yang tidak pernah Allah turunkan, menciptakan syariat sendiri yang bertentangan dengan wahyu-Nya. Perbuatan mereka ini disebut sebagai bid’ah dalam perkara agama, yakni menambah-nambahi atau mengurangi aturan yang telah Allah tetapkan.


Rasulullah ﷺ telah memperingatkan dalam sebuah hadis shahih:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."

(HR. Muslim No. 1718)


Hadis ini menunjukkan bahwa segala bentuk ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ akan ditolak oleh Allah. Inilah yang terjadi pada kaum kafir Mekah yang membuat aturan sendiri dalam agama mereka.


Allah tidak pernah memberikan izin kepada mereka untuk membuat hukum sendiri dalam agama. Namun, dengan kesombongan dan kedegilan mereka, kaum kafir Mekah tetap menolak ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Mereka bahkan tidak percaya akan adanya kebangkitan setelah kematian. Mereka menganggap bahwa kehidupan dunia ini adalah satu-satunya kehidupan, sehingga mereka tidak mau mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.


Seandainya tidak ada ketentuan dari Allah tentang Kalimatul Fasl (putusan hukum pada hari Kiamat), tentu kaum kafir Mekah akan langsung dihukum sejak di dunia. Namun, karena adanya kehendak Allah untuk menguji manusia hingga hari Kiamat, mereka dibiarkan hidup sementara di dunia dengan kebebasan yang semu. Akan tetapi, balasan bagi mereka tetap menanti di akhirat.


Pada hari Kiamat, orang-orang zalim dari golongan kafir akan merasakan azab yang sangat pedih. Siksa yang dijanjikan oleh Allah begitu dahsyat hingga mereka yang dulu sombong di dunia akan gemetar ketakutan. Mereka akan melihat sendiri akibat buruk dari perbuatan mereka yang menyimpang dari ajaran Allah. Segala keburukan mereka di dunia akan menjadi sumber ketakutan yang luar biasa di akhirat.


Dalam ayat yang lain, Allah menegaskan bahwa balasan di akhirat itu nyata. Setiap orang akan menerima pembalasan atas amal perbuatannya. Tidak ada satu pun yang akan terlewatkan. Orang-orang yang berbuat zalim akan merasakan kehancuran, sementara mereka yang beriman dan beramal saleh akan memperoleh kebahagiaan abadi di surga.


Di dalam surga, orang-orang yang beriman akan mendapatkan segala yang mereka inginkan. Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan, bersih dari segala kotoran dan kejahatan dunia. Allah akan memberikan kepada mereka kebahagiaan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mereka akan tinggal di taman-taman yang indah, menikmati segala kenikmatan yang telah disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang taat.


Allah juga menjelaskan bahwa antara iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan. Orang yang benar-benar beriman pasti akan mengamalkan kebaikan dalam hidupnya. Keimanan yang benar bukan hanya sebatas ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan nyata. Itulah yang akan menjadi pembeda antara orang-orang yang mendapat rahmat Allah dan orang-orang yang tertolak di sisi-Nya.


Ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan wahyu, kaum kafir Mekah menuduh bahwa Al-Qur'an hanyalah karangan beliau sendiri. Mereka menganggapnya sebagai hasil pemikiran manusia biasa dan bukan wahyu dari Allah. Padahal, Al-Qur'an adalah kitab yang diturunkan langsung dari Allah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Ia adalah kitab yang sempurna, tidak ada keraguan di dalamnya, dan menjadi pedoman hidup bagi mereka yang mau mengambil pelajaran.


Kesombongan kaum kafir Mekah dalam menolak Al-Qur'an dan menganggapnya sebagai sekadar tulisan buatan Nabi Muhammad ﷺ menjadi salah satu bentuk kedurhakaan mereka. Mereka menutup hati dan akal mereka dari kebenaran, sehingga mereka tidak bisa melihat keindahan dan kebenaran yang terkandung dalam wahyu Allah. Akibat dari kesombongan mereka ini, di akhirat kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan keingkaran mereka.


Demikianlah penjelasan mengenai tafsir yang disampaikan dalam pengajian bersama Pak Osad. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kesombongan dalam menolak kebenaran akan berujung pada kehancuran. Sebaliknya, mereka yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah di akhirat kelak. Wallahu a'lam.

Posting Komentar untuk "Kesombongan Kafir Mekah dan Balasan di Akhirat"