Hari ini, kita sering mendengar seruan untuk mencintai tanah air dengan semboyan nasionalisme. Nasionalisme dipuja sebagai ikatan terkuat, bahkan sering kali dijadikan standar loyalitas seorang warga negara. Namun, pertanyaan pentingnya: benarkah nasionalisme merupakan ikatan yang paling kuat? Ataukah ukhuwah Islamiyah jauh lebih kokoh, mulia, dan abadi?
Nasionalisme: Ikatan yang Rapuh
Nasionalisme adalah ikatan berdasarkan kesamaan tanah air, bahasa, budaya, dan batas geografis. Namun ikatan ini sejatinya rapuh, karena:
1. Bersifat buatan manusia: lahir dari konsep Barat pasca runtuhnya Khilafah Islam, untuk memecah belah umat Muslim menjadi negara-negara kecil.
2. Terbatas oleh garis khayal: umat Islam dipisahkan oleh sekat-sekat buatan kolonial seperti “Indonesia”, “Malaysia”, “Mesir”, “Turki”, dan lain-lain. Padahal sebelumnya kita semua satu dalam naungan Khilafah.
3. Memicu konflik: sejarah mencatat, perang dunia, penjajahan, bahkan perang saudara banyak terjadi justru karena nasionalisme sempit.
Ukhuwah Islamiyah: Ikatan Aqidah yang Kokoh
Berbeda dengan nasionalisme, ukhuwah Islamiyah lahir dari ikatan aqidah yang bersumber dari iman kepada Allah ﷻ. Ikatan ini tidak dibatasi ras, warna kulit, suku, atau batas negara.
Allah ﷻ berfirman:
> إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
(QS. Al-Hujurat: 10)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
> الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak menzhaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, ukhuwah Islamiyah menembus batas bangsa dan negara. Seorang Muslim di Indonesia bersaudara dengan Muslim di Palestina, Suriah, Mesir, bahkan hingga ujung dunia.
Sejarah Membuktikan: Ukhuwah Islamiyah Lebih Kuat
Selama lebih dari 13 abad, umat Islam bersatu di bawah Khilafah Islamiyah. Dari Spanyol (Andalus) hingga Nusantara, umat dipersatukan dalam satu tubuh. Itulah bukti nyata kekuatan ukhuwah Islamiyah.
Nabi ﷺ bersabda:
> مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum Mukminin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur.”
(HR. Muslim)
Inilah yang tidak dimiliki nasionalisme. Nasionalisme hanya membatasi solidaritas pada orang “senegara”, sedangkan ukhuwah Islamiyah menyatukan seluruh umat di bawah panji La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.
Mengapa Nasionalisme Harus Ditinggalkan?
Nasionalisme telah terbukti menjadi penghalang bagi kebangkitan umat. Contohnya:
Umat Islam Palestina berjuang melawan penjajahan Israel, tapi negara-negara Muslim lain sering hanya memberi dukungan simbolis, karena terikat sekat nasionalisme.
Konflik antar Muslim di berbagai negara dibiarkan karena masing-masing sibuk menjaga kepentingan nasionalnya.
Padahal, Islam mengajarkan bahwa satu nyawa Muslim lebih berharga dari dunia dan seisinya. Rasulullah ﷺ bersabda:
> لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Hikmah & Harapan
Nasionalisme hanyalah ikatan semu yang dibuat untuk memecah umat. Sementara ukhuwah Islamiyah adalah ikatan yang kokoh, bersumber dari aqidah, menembus batas bangsa, dan menjadikan seluruh Muslim satu tubuh yang saling melindungi.
Maka, jelaslah bahwa ukhuwah Islamiyah jauh lebih kuat daripada nasionalisme. Saatnya umat kembali menyatukan diri dalam bingkai persaudaraan Islam yang hakiki, bukan persaudaraan sempit berdasarkan tanah air.
Kita berdoa agar Allah ﷻ segera menolong umat ini, menyatukan hati kaum Muslimin di seluruh dunia, dan menghadirkan kembali institusi pemersatu umat, yaitu Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
وَاللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Takbir! ALLAHU AKBAR!
Posting Komentar untuk "Nasionalisme VS Ukhuwah Islamiyah: Mana yang Paling Kuat?"