Tahukah antum sedoyo bahwa dulu orang Jawa itu sebenarnya lebih mengenal akhir pekan itu dengan sebutan Ahad loh bukan Minggu? dan Ahad itu adalah hari pertama bukan hari terakhir, jadi maaf bukan akhir pekan tapi awal pekan dan awal pekan itu disebut Ahad, hari pertama ialah Ahad bukan Senin!. Ini bisa dibuktikan dari banyaknya peninggalan-peniggalan sejarah yang sampai sekarang masih ada seperti kalender ABOGE (Alif Rebo Wage) terus Kraton Yogyakarta, mungkin bagi yang sering main ke Jogja & mampir ke kraton sudah lebih paham nggih :v, dan sampai sekarang pun masih menyisakan jejak walau sudah kuno banget walaupun perlahan pasti sudah hampir menghilang bahkan punah. Dan tentunya peninggalan itu semua berkaitan erat saat Khilafah Kesultanan Turki Utsmani dulu masih berjaya.
Kalau kita mau menilik akar sejarah terutama bagi kulo sebagai orang Jawa, terlebih sebagai Muslim, yang asli itu adalah "Ahad", "Akad", atau dalam logat halus Jawa disebut "Ngahad". Bukan Minggu!
inilah Jejak Sejarah yang Dilupakan!
Sejak era Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kesultanan Mataram Islam, penanggalan Jawa mengalami transformasi monumental. Beliau menggagas penyesuaian antara kalender Hindu-Saka dan Hijriyah, sebagai bentuk Islamisasi budaya Jawa secara halus namun strategis.
Maka muncullah penanggalan Jawa Islam: bulan dan tanggal menyesuaikan Hijriyah, namun tetap mempertahankan unsur "weton" Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Makanya dulu masyarakat menyebut hari seperti:
Ahad Pahing
Ahad Kliwon
Ahad Wage
Bukan “Minggu Pahing”! Nggak ada itu istilah "Minggu Kliwon" di era Mataram Islam.
Propaganda Penjajahan: Merusak Akar Islam di tanah Jawa & menanamkan Islamophobia
Setelah bangsa-bangsa Eropa masuk, terutama Portugis dan Belanda, proyek de-Islamisasi perlahan digencarkan. Tujuannya? Supaya Islam tampak asing, Arab-araban, bukan milik bumi Jawa.
Istilah “Ahad” pun dicabut pelan-pelan, digantikan dengan kata “Minggu”—yang berasal dari bahasa Portugis: Domingo, artinya "Hari Tuhan", yakni versi Kristen dari hari ibadah.
Minggu bukan istilah netral. Itu jejak kolonial, warisan Kristenisasi.
Dan kita... masih menyebutnya sampai sekarang, padahal leluhur kita dahulu istiqamah dengan "Akad" dan "Ngahad". Dan itu terjadi saat dulu Islam masih berjaya!
Setelah Runtuhnya Khilafah Utsmani: Umat Semakin Rapuh
Setelah Khilafah Utsmaniyah runtuh tahun 1924, benteng terakhir Islam global tumbang. Umat Islam di penjuru dunia, termasuk Jawa, semakin tercerai-berai dan terjebak dalam penjajahan pikiran.
Bukan hanya dijajah fisik, budaya kita dicuri, bahasa kita dipelintir, bahkan sistem waktu kita diracuni.
Dari "Ahad" jadi "Minggu".
Hari pertama pun menjadi "Senin" dan "Minggu" jadi hari terakhir seperti yang sekarang-sekarang terjadi. Padahal kan!
Hari Pertama itu "Ahad" artinya satu dari kata wahid.
Hari kedua "Senin" dari kata "itsnaen" artinya dua dalam bahasa Arab.
Dan yang sekarang terjadi timbulah Islamophobia,,,, sekulerisme dan liberal!
Dari "bangga jadi Muslim" jadi "malu beridentitas Islam" dianggap sebagai "ke Arab2an" "Kadrun" "Wahabi" "Radikal" dan lain-lain.
Hikmah dan Harapan
Sudah saatnya kita kembalikan kesadaran sejarah itu.
Islam di Jawa bukan tamu. Bukan impor!.
Islam dibawa oleh para wali, dikokohkan oleh para raja, dan disambut oleh hati rakyat.
Kita adalah pewaris tradisi Islam Jawa yang luhur—yang menyebut hari pertama dengan Akad, bukan "Minggu".
Dalil Motivasi
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian."
(QS. Muhammad: 7)
Mari Bangkit, Wahai Generasi Islam ing tanah Jawi!
Mari kembalikan Ahad di lidah kita.
Mari bangga dengan Islam Jawa yang murni.
Mari tolak warisan kolonial yang mengaburkan jati diri.
Sebagaimana KH Ahmad Dahlan bangkit di tengah keterpurukan umat, begitu pula kita harus menjadi generasi yang sadar sejarah, sadar jati diri, dan berani membawa obor tauhid di tanah yang pernah gemilang dalam cahaya Islam!
Fastabiqul Khairat! Jangan jadi generasi yang lupa akar!
Ganti “Minggu” jadi “Ahad”—karena yang asli bukan palsu kolonial!
Takbir!, Allahu Akbar.!!!
Posting Komentar untuk "Kenapa dalam Penanggalan Jawa Kuno (yang asli) Hari Pertama Ternyata Disebut Akad, Ngahad, atau Ahad—Bukan Minggu⁉️"