📘: Tanya Jawab Agama by SuaraMuhammadiyah, Yogyakarta 1990/1411 H.
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang memiliki keutamaan karena menjadi bulan persiapan menyambut datangnya Ramadhan. Dalam hadits sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sangat memperbanyak puasa di bulan ini. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia mengatakan:
كانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لا يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
"Rasulullah ﷺ biasa berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak berbuka, dan berbuka hingga kami mengatakan beliau tidak puasa. Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban." (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini jelas menunjukkan bahwa puasa sunnah di bulan Sya’ban adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ. Puasa sunnah tersebut tidak hanya terbatas pada satu atau dua hari, melainkan Rasulullah ﷺ biasa memperbanyak puasa di bulan ini sebagai bentuk persiapan rohani untuk menyambut Ramadhan. Puasa sunnah ini bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada hari-hari tertentu yang dilarang seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Selain puasa sunnah, bulan Sya’ban juga merupakan bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa dan istighfar. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
"Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits ini, kita diajarkan untuk memperbanyak doa dan memohon ampunan Allah pada malam pertengahan Sya’ban, karena Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya, kecuali bagi mereka yang musyrik atau bermusuhan. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat dan memohon ampunan Allah atas segala dosa yang telah dilakukan.
Namun, meskipun bulan Sya’ban penuh dengan amalan yang dianjurkan, ada beberapa amalan yang berkembang di masyarakat yang dianggap ibadah, tetapi sebenarnya tidak memiliki dasar dari Rasulullah ﷺ. Salah satu contoh yang sering kita temui adalah perayaan Nisfu Sya’ban yang dilakukan dengan membaca Surah Yasin tiga kali secara berjamaah, dengan niat tertentu dan mengkhususkan malam tersebut untuk beribadah. Padahal, tidak ada dalil shahih yang menjelaskan bahwa malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan khusus yang mengharuskan amalan tersebut dilakukan.
Dalam hal ini, Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih berpendapat bahwa semua amalan haruslah berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur'an dan Hadits. Rasulullah ﷺ bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو ردٌّ
"Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami ini (agama) yang tidak ada dasarnya, maka ia tertolak." (HR. Bukhari & Muslim)
Dan dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ menegaskan:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim)
Hadits ini mengingatkan kita untuk tidak menambah-nambahkan amalan dalam agama yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Bid'ah dalam ibadah sangat berbahaya karena dapat mengarah pada kesesatan. Nabi ﷺ juga bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Jauhilah perkara-perkara baru dalam agama, karena setiap perkara baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berusaha mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ (ittiba') tanpa menambah-nambah amalan yang tidak diajarkan. Dalam bulan Sya’ban ini, mari kita perbanyak puasa sunnah, beristighfar, dan menyiapkan diri kita untuk menyambut Ramadhan.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa puasa yang dilakukan di bulan Sya’ban bukanlah puasa khusus yang hanya dilakukan di bulan ini saja. Puasa yang diperbanyak oleh Rasulullah ﷺ di bulan Sya’ban adalah bagian dari puasa sunnah yang sudah dianjurkan dalam Islam, seperti:
1. Puasa Senin dan Kamis
Rasulullah ﷺ bersabda:
تعرض الأعمال يوم الاثنين والخميس، فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم
"Amalan-amalan manusia diperiksa (oleh Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin saat amalanku diperiksa aku dalam keadaan berpuasa." (HR. Tirmidzi)
2. Puasa Ayyamul Bidh (puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah)
Rasulullah ﷺ bersabda:
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ
"Puasa tiga hari setiap bulan itu seperti puasa sepanjang tahun." (HR. Bukhari & Muslim)
Puasa-puasa sunnah ini bisa dilakukan di bulan Sya’ban maupun di bulan lainnya. Dengan demikian, puasa yang diperbanyak Rasulullah ﷺ di bulan Sya’ban bukanlah ibadah khusus yang hanya berlaku di bulan ini, melainkan bagian dari amalan puasa sunnah yang memang dianjurkan sepanjang tahun.
InsyaAllah, pada tahun ini awal Ramadhan diperkirakan serentak di seluruh dunia, yang akan semakin mempererat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam. Dengan memperbanyak amalan yang sesuai dengan sunnah, kita berharap bisa mendapatkan keberkahan dan ampunan Allah di bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Posting Komentar untuk "Amalan Sunnah & Amalan Bid'ah di bulan Sya'ban menurut Tarjih Muhammadiyah"