Teori Berpikir Tingkat 2: Membenarkan Sesuatu yang Tidak Langsung Terlihat

 

Senin, 13 Rajab 1446 H / 13 Januari 2025 M.
๐Ÿ—“️Kalender Global Muhammadiyah.

Baca Pembahasan Sebelumnya....

Tonton di YouTube

Teori berpikir tingkat 2 adalah kemampuan berpikir yang lebih dalam untuk memahami sesuatu yang tidak dapat dilihat langsung. Proses ini melibatkan pengamatan fakta, pengetahuan sebelumnya (ma’lumat as-sabiqah), dan dalil, baik logika maupun wahyu, sebagai jembatan menuju kebenaran. Teori ini penting karena banyak aspek keimanan kita, seperti keberadaan Allah, malaikat, dan hari kiamat, tidak bisa dilihat langsung namun harus diyakini kebenarannya.


Dalam praktiknya, teori ini dimulai dengan observasi fakta nyata di sekitar kita. Misalnya, kita melihat keteraturan alam semesta, rotasi bumi, dan siklus kehidupan. Fakta ini menunjukkan adanya keteraturan, yang tidak mungkin terjadi tanpa pengatur. Pengetahuan sebelumnya, seperti keyakinan bahwa sesuatu yang teratur membutuhkan pengatur, menjadi landasan berpikir. Dalil Al-Qur’an pun mendukung, seperti firman Allah:

ุฃَู…ْ ุฎُู„ِู‚ُูˆุง ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ุดَูŠْุกٍ ุฃَู…ْ ู‡ُู…ُ ุงู„ْุฎَุงู„ِู‚ُูˆู†َ

"Apakah mereka tercipta tanpa sesuatu ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?" (QS. At-Tur: 35). Dengan fakta, informasi sebelumnya, dan dalil ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah adalah Sang Pencipta.


Contoh lain adalah keyakinan terhadap hari akhir. Fakta yang kita lihat adalah semua makhluk hidup mengalami kematian. Namun, kehidupan setelah mati tidak bisa dilihat langsung. Pengetahuan sebelumnya, seperti keyakinan bahwa wahyu Allah adalah kebenaran, menjadi landasan. Dalil Al-Qur’an menyatakan:

ูƒُู„ُّ ู†َูْุณٍ ุฐَุงุฆِู‚َุฉُ ุงู„ْู…َูˆْุชِ ูˆَุฅِู†َّู…َุง ุชُูˆَูَّูˆْู†َ ุฃُุฌُูˆุฑَูƒُู…ْ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah diberikan balasanmu." (QS. Ali Imran: 185). Dengan demikian, kehidupan setelah mati diyakini melalui fakta kematian dan wahyu Allah.


Untuk memecahkan teori berpikir tingkat 2, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, observasi fakta nyata, seperti keteraturan alam. Kedua, gunakan pengetahuan sebelumnya, seperti pemahaman bahwa segala sesuatu pasti ada penciptanya. Ketiga, temukan dalil yang relevan, baik logika maupun wahyu. Keempat, ambil kesimpulan berdasarkan fakta dan dalil tersebut. Ibaratnya, teori ini seperti membaca buku. Kita tidak melihat langsung penulisnya, namun melalui isi buku dan gaya bahasa, kita bisa menyimpulkan bahwa buku itu pasti ditulis oleh seorang ahli.


Teori berpikir tingkat 2 ini memiliki hubungan erat dengan teori tingkat 1. Jika teori tingkat 1 hanya membahas hal yang terlihat langsung, seperti api panas atau air mendidih, teori tingkat 2 membahas hal yang tidak terlihat, seperti keberadaan Allah dan malaikat. Dalam Islam, kita tidak hanya percaya pada yang terlihat, tetapi juga pada yang gaib dengan menggunakan dalil yang kuat.


Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami kebenaran. Allah berfirman:

ุฅِู†َّ ูِูŠ ุฎَู„ْู‚ِ ุงู„ุณَّู…َุงูˆَุงุชِ ูˆَุงู„ْุฃَุฑْุถِ ... ู„َุขูŠَุงุชٍ ู„ِุฃُูˆู„ِูŠ ุงู„ْุฃَู„ْุจَุงุจِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi ... terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Ali Imran: 190).


Dengan berpikir tingkat 2, kita tidak hanya memperkuat iman tetapi juga menyebarkan kebenaran Islam kepada umat. Semoga kita termasuk hamba yang terus mendalami iman dan mendekatkan diri kepada Allah melalui akal dan wahyu. Amin ya Rabbal 'alamin.


Wallahu A'lam bissowab.

Posting Komentar untuk "Teori Berpikir Tingkat 2: Membenarkan Sesuatu yang Tidak Langsung Terlihat"