Kitab Nizhomul Islam karya Syech Taqiyuddin an-Nabhani, Bab "Thoriqul Iman."
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah untuk menyembah-Nya. Allah berfirman:
َูุฃَِูู ْ َูุฌََْูู ِููุฏِِّูู ุญًَِูููุง ۚ ِูุทْุฑَุชَ ุงَِّููู ุงَّูุชِู َูุทَุฑَ ุงَّููุงุณَ ุนَََْูููุง ۚ َูุง ุชَุจْุฏَِูู ِูุฎَِْูู ุงَِّููู ۚ ุฐََِٰูู ุงูุฏُِّูู ุงَِّْูููู ُ َََِّٰูููู ุฃَْูุซَุฑَ ุงَّููุงุณِ َูุง َูุนَْูู َُูู
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Ar-Rum: 30)
Fitrah manusia untuk menyucikan dan beribadah kepada Pencipta tidak dapat dibiarkan tanpa aturan. Jika dibiarkan, akan terjadi kekacauan ibadah, bahkan penyimpangan dalam bentuk menyembah selain Allah. Oleh karena itu, Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan aturan dan tuntunan dalam beribadah dan menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya.
Larangan Menambah atau Mengubah Tuntunan
Dalam Islam, segala bentuk ibadah harus memiliki dalil yang jelas dari Al-Qur'an dan sunnah. Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ู َْู ุนَู َِู ุนَู ًَูุง َْููุณَ ุนََِْููู ุฃَู ْุฑَُูุง ََُููู ุฑَุฏٌّ
"Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya tertolak."
(HR. Muslim, no. 1718)
Hadis ini menegaskan bahwa setiap ibadah atau amalan yang tidak memiliki dasar dalam syariat dianggap sebagai bid’ah (perkara baru) dan tidak diterima. Rasulullah ๏ทบ juga memperingatkan dalam khutbah beliau:
َูุฅَِّูุงُูู ْ َูู ُุญْุฏَุซَุงุชِ ุงْูุฃُู ُูุฑِ، َูุฅَِّู َُّูู ู ُุญْุฏَุซَุฉٍ ุจِุฏْุนَุฉٌ، ََُّููู ุจِุฏْุนَุฉٍ ุถََูุงَูุฉٌ
"Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara baru itu bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat."
(HR. Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, no. 2676)
Mengapa Tuntunan Harus dari Allah SWT?
Manusia tidak mampu memahami hakikat Allah secara sempurna, apalagi membuat aturan untuk mengatur hubungan antara dirinya dengan Allah. Oleh karena itu, aturan tersebut harus datang dari Allah melalui wahyu kepada para Rasul. Aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk:
1. Ibadah: Agar tidak terjatuh pada penyembahan selain Allah.
2. Akhlak dan Moral: Agar manusia tidak terjerumus pada akhlak tercela.
3. Muamalah dan Hukum: Agar manusia terhindar dari kekacauan dan ketidakadilan.
Tanpa tuntunan ini, manusia akan membuat aturan berdasarkan hawa nafsu, lingkungan, atau tradisi yang bisa berbeda-beda dan bertentangan, sebagaimana Allah memperingatkan:
ََِููู ุงุชَّุจَุนَ ุงْูุญَُّู ุฃََْููุงุกَُูู ْ ََููุณَุฏَุชِ ุงูุณَّู َุงَูุงุชُ َูุงْูุฃَุฑْุถُ َูู َْู َِِّูููู
"Seandainya kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini serta semua yang ada di dalamnya."
(QS. Al-Mu'minun: 71)
Kesimpulan
Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk mengikuti tuntunan syariat yang telah diajarkan oleh Rasulullah ๏ทบ. Menambah atau mengurangi syariat adalah bentuk bid’ah yang tidak diterima oleh Allah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa setiap amalan dalam Islam harus berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur'an dan sunnah. Sebagaimana disebutkan:
َูู َู َูุงَู َูุฑْุฌُู َِููุงุกَ ุฑَุจِِّู ََْูููุนْู َْู ุนَู ًَูุง ุตَุงِูุญًุง ََููุง ُูุดْุฑِْู ุจِุนِุจَุงุฏَุฉِ ุฑَุจِِّู ุฃَุญَุฏًุง
"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Allah dengan apa pun dalam beribadah kepada-Nya."
(QS. Al-Kahf: 110)
Dengan memahami hal ini, kita dapat menjalani ibadah yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa tercampur oleh amalan yang tidak bersumber dari syariat.
Wallahu A'lam bissowab...
Posting Komentar untuk "Pentingnya Tuntunan Ilahi dan Larangan Amalan yang Tidak Sesuai Syariat"