Ahad Kliwon, ١٥ Syawwal ١٤٤٦ H / 13 April 2025 M
🗓️Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT)
Apa itu Ittiba’?
Secara bahasa, ittiba’ berarti mengikuti. Namun dalam istilah agama, ittiba’ adalah mengikuti ajaran atau pendapat seseorang dengan mengetahui dalil yang jelas dan sahih, baik dari Al-Qur'an maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ittiba’ meniscayakan sikap kritis, ilmiah, dan menjadikan wahyu sebagai sumber utama.
Allah Ta’ala berfirman:
> قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosamu.”
(QS. Ali Imran: 31)
Berittiba’ kepada Rasulullah berarti mengukur setiap amalan dan keyakinan kita dengan apa yang Rasul contohkan, bukan sekadar ikut-ikutan manusia.
---
Apa itu Taklid?
Taklid secara bahasa berarti mengalungkan sesuatu di leher. Dalam istilah agama, taklid adalah mengikuti seseorang tanpa mengetahui dalilnya, bahkan bisa jadi tanpa peduli apakah dalilnya sahih atau tidak, bahkan kadang tanpa peduli apakah itu ada dalil atau tidak.
Allah mengecam orang-orang yang hanya ikut-ikutan nenek moyang tanpa berpikir:
> وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang diturunkan Allah, mereka menjawab: Tidak! Tetapi kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.”
(QS. Al-Baqarah: 170)
---
Contoh Nyata Taklid
1. Taklid dalam Ibadah
Ada orang yang shalat Subuh pakai qunut karena “kata kakek saya begitu”, padahal tidak tahu dalilnya. Bahkan saat ditanya kenapa, jawabannya hanya “karena dari dulu juga gitu”.
Ada pula yang meyakini bahwa membaca Yasin malam Jumat itu wajib, padahal tidak pernah tahu apakah Rasulullah mencontohkan atau tidak.
2. Taklid dalam Tradisi & Adat
Seseorang ikut acara syukuran kematian hari ke-7, 40, dan seterusnya, hanya karena itu adat kampung. Padahal Rasulullah tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Bahkan ada yang marah kalau tidak diikuti. Ini jelas taklid terhadap adat.
3. Taklid terhadap Tokoh atau Kyai
“Pokoknya kyai saya bilang begini, ya saya ikut.”
Padahal seharusnya setiap pernyataan harus dikonfirmasi dengan dalil, bukan berdasarkan siapa yang ngomong. Termasuk dalam ormas pun kadang ada yang fanatik buta, “pokoknya di ormas saya begini, ya saya ikut aja” tanpa pernah tabayun atau mencari tahu apakah ada dalilnya atau tidak.
---
Ulama Melarang Taklid Buta
Banyak ulama menyeru agar kaum muslimin berhenti dari taklid buta. Dalam kitab Al-I’tisham, Imam Asy-Syathibi menegaskan bahwa taklid adalah sebab utama tersebarnya bid’ah dan kesesatan.
Ormas-ormas Islam modern seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) juga sangat tegas melarang taklid, bahkan mendidik umat agar berittiba’ dan mengaji dengan dalil.
---
Penutup: Mari Berislam dengan Ittiba’
> فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
(QS. Al-Baqarah: 148)
Di zaman penuh fitnah dan informasi simpang siur seperti sekarang, berittiba’ adalah kunci keselamatan. Jangan mudah percaya hanya karena "katanya ustadz", "katanya orang tua", atau "dari dulu begitu", tapi pastikan apa yang kita yakini dan lakukan benar-benar punya dasar dari Al-Qur’an dan Sunnah yang sahih.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang tidak hanya taat secara ritual, tapi juga cerdas dalam agama, istiqomah dalam menuntut ilmu, dan berani meninggalkan taklid menuju ittiba’! Aamiin.
Posting Komentar untuk "Ittiba' VS Taklid"