Gas Semakin Langka, Rakyat Semakin Sengsara: Dampak Kapitalisme Sekuler dalam Demokrasi

 

Rabu, 6 Sya'ban 1446 H / 5 Februari 2025 M
🗓️Kalender Global Muhammadiyah

Kelangkaan gas elpiji yang terus berulang menjadi bukti nyata dari bobroknya sistem kapitalisme sekuler yang dianut oleh negara-negara demokrasi, termasuk Indonesia. Dalam beberapa waktu terakhir, rakyat semakin sulit mendapatkan gas bersubsidi, bahkan di beberapa daerah harga gas melambung tinggi hingga dua kali lipat dari harga normal. Akibatnya, masyarakat kecil, khususnya pedagang kaki lima dan rumah tangga dengan ekonomi rendah, merasakan dampaknya secara langsung. Inilah wajah asli kapitalisme, di mana kepentingan segelintir elit lebih diutamakan dibandingkan kesejahteraan rakyat banyak.


Ironisnya, di saat rakyat harus mengantre berjam-jam demi mendapatkan gas bersubsidi yang semakin mahal dan langka, para pejabat dan elit penguasa hidup dengan segala kemewahannya tanpa merasakan kesulitan serupa. Mereka dengan mudah mendapatkan kebutuhan energi tanpa perlu repot mengantre. Lebih menyakitkan lagi, para koruptor yang telah merampok uang rakyat masih bisa menikmati fasilitas negara tanpa rasa malu. Bukankah ini bukti nyata bahwa sistem demokrasi kapitalis hanya berpihak pada kaum elit dan mengabaikan penderitaan rakyat kecil?


Sistem kapitalisme mengajarkan bahwa sumber daya alam harus dikuasai oleh pihak swasta atau asing dengan dalih efisiensi dan kompetisi pasar. Padahal, dalam Islam, sumber daya vital seperti gas, minyak, dan air adalah milik umat, bukan untuk dikomersialkan oleh segelintir orang. Rasulullah ﷺ bersabda:


"الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٍ: فِي الْكَلَإِ، وَالْمَاءِ، وَالنَّارِ"


"Kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api (sumber energi)." (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah)


Namun, di bawah sistem kapitalisme, sumber daya energi seperti gas elpiji dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar yang lebih mementingkan keuntungan daripada kesejahteraan rakyat. Pemerintah hanya bertindak sebagai regulator yang sering kali tunduk pada kepentingan korporasi, bukan sebagai pengelola yang bertanggung jawab langsung atas kebutuhan masyarakat. Akibatnya, rakyat terus menjadi korban permainan harga dan kelangkaan yang seolah dibiarkan terjadi tanpa solusi nyata.


Selain itu, sistem demokrasi yang dijalankan dalam negara kapitalis hanya menjadikan pemimpin sebagai boneka oligarki. Kebijakan yang seharusnya berpihak pada rakyat justru lebih banyak menguntungkan pengusaha besar yang memiliki akses ke kekuasaan. Mereka memanfaatkan celah hukum dan kebijakan impor untuk mengontrol distribusi gas, menciptakan kelangkaan buatan agar harga naik, dan mendapatkan keuntungan besar. Semua ini terjadi karena sistem sekuler memisahkan agama dari kehidupan, sehingga penguasa tidak merasa memiliki tanggung jawab moral dan syar’i terhadap rakyatnya.


Dalam Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat yang harus memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Rasulullah ﷺ bersabda:


"الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ"


"Pemimpin adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)


Jika sistem Islam diterapkan dalam naungan Khilafah, maka sumber daya alam akan dikelola secara adil dan hasilnya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat. Tidak akan ada permainan harga oleh mafia, tidak ada privatisasi energi, dan tidak ada kesenjangan antara rakyat miskin dan penguasa kaya. Negara akan bertindak sebagai pengelola yang amanah, bukan sekadar regulator yang tunduk pada korporasi.


Krisis gas yang terus berulang harus menjadi bahan renungan bagi umat Islam. Selama sistem kapitalisme masih bercokol, selama itu pula rakyat akan terus menjadi korban. Maka, solusinya bukan sekadar mengganti pemimpin atau memperbaiki regulasi, tetapi dengan mengganti sistemnya secara menyeluruh. Hanya dengan tegaknya Khilafah Islamiyah, kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan secara hakiki, dan sumber daya alam akan dikelola sesuai dengan syariat Islam.


Saatnya umat Islam sadar bahwa hanya Islam yang mampu memberikan solusi atas permasalahan yang terus terjadi ini. Allah telah berfirman:


"وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا"


"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit." (QS. Thaha: 124)


Maka, mari kita bersama-sama berjuang untuk menegakkan kembali sistem Islam dalam naungan Khilafah. Dengan tegaknya Khilafah, tidak ada lagi rakyat yang harus menderita karena permainan harga dan kelangkaan buatan. Islam akan kembali berjaya, dan umat akan hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Takbir! Allahu Akbar!



Posting Komentar untuk "Gas Semakin Langka, Rakyat Semakin Sengsara: Dampak Kapitalisme Sekuler dalam Demokrasi"